BLOG ORANG GANTENG

Rabu, 03 November 2010

PROPOSAL UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 1SELATPANJANG OLEH : DARUSMAN AJI`

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMAN 1SELATPANJANG

OLEH : DARUSMAN AJI`

A. LATARBELAKANG MASALAH

Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakekatnya adalah mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat yang bertaqwa disisinya. Beriman dan beramal soleh merupakan dua aspek kepribadian yang dicita-citakan dalam pendidikan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan yang memiliki dimensi religious dan berkemampuan ilmiah. [1]

Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut seorang pendidik bertanggungjawab mengantarkan peserta didik kearah tujuan tersebut, yaitu dengan menjadikan sifat-sifat Allah menjadi sebagian karakteristik kepribadiannya. Untuk itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial. Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya mentransfer pengetahuan belaka, akan tetapi juga untuk merealisasikan nilai–nilai pada peserta didik. Bentuk nilai yang ditransfer dan disosialisasikan paling tidak meliputi nilai etis, nilai pragmatis dan nilai religious. Secara factual, pelaksanaan pengajaran dan pemberian pengetahuan dibidang agama Islam dan untuk merealisasikan nilai pada peserta didik merupakan tugas yang cukup berat ditengah kehidupan masyarakat yang kompleks, apalagi pada masa sekarang yaitu pada masa perkembangan era globalisasi dan informasi. [2]

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat. Untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal dan non informal di sekolah, dan diluar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

Menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981) “pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kekedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawabmoral dari segala perbuatanya. Orang dewasa itu adalah orang tua sianak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya : guru sekolah pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama, dan sebagainya. [3]

Dalam berkembangnya istilah pendididkan berarti bimbingan atau pertolongan yang dberikan secara sangaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seorang atau kelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, sagala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

Dalam perkembangan proses kedewasaan tersebut, tidak samua tugas pendidikan dapat dilakukan oleh orang tua dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lainnya. Oleh karena itu orang tua mengirim anak-anaknya ke sekolah untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan.

Dapat kita mengerti betapa pentingnya proses mendidik anak dalam lingkungan. Proses pendidikan itu dapat tercapai apabila tercipta harmonisasi antara orang tua dengan guru sebagai pendidik di sekolah.

Pendidikan formal dilaksanakan dalam semesta pendidikan nasional. Menurut TAP MPR No. II/MPR/1988, Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. [4]

Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia – manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Sedangkan menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasioan, Pasal 4, menegaskan, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. [5]

Dalam sisi lain, anak-anak yang masuk sekolah ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah-sekolah sebagai tempat pendidikan anak–anak dapat menjadi sumber terjadinya konflik-konflik psikologis yang pada prinsipnya memudahkan anak menjadi delikuen.

Pengaruh negatif yang menanganai langsung proses pendidikan antara lain kesulitan ekonomi yang dialami pendidik dapat mengurangi perhatiannya terhadap anak didik. Pendidik sering tidak masuk, akibatnya anak – anak didik terlantar, bahkan sering terjadi pendidik marah terhadap muridnya.

Sekolah adalah sarana pendidikan dan tempt menimba ilmu,baik ilmu yang bersifat umum ataupun ilmu mengenai agama. Mayoritas sekolah yang ada di Selatpanjang adalah sekolah yang bersifat umum, dan mata pelajaran yang banyak dipelajari juga bersifat umum.Sedangkan mata pelajaran agama minim,walaupun mayoritas siswanya beragama Islam.

Pendidikan umum lebih baik apabila diiringi dengan pendidikan agama Islam yang bertujuan membentuk akhlak yang baik serta meningkatkan taqwa terhadap Allah SWT. Sehingga kemampuan dan perestasi siswa dapat sejalan dengan ajaran atau syari’ah Islam. Untuk menciptakan hal tersebut perlu adanya kesadaran dari siswa untuk memotivasi dirinya agar menyenangi pendidikan agama Islam,dan juga usaha dari guru untuk sebagai pendidik dan pembimbing yang membawa siswanya menjadi seorang yang berbudi baik serta tunduk terhadap agama.

Seperti sekolah yang penulis teliti yaitu SMAN 1 Selatpanjang, disekolah itu hingga saat ini masih terlihat kurang dan rendah kemauan siswanya dalam mengenyam atau mempelajari pendidikan agama Islam, hal ini dapat terjadi terus menerus apabila tidak ada upaya pengembangan pendidkan dalam bidang agama yang cukup dan memadahi, setidaknya pengembangan ini mampu mengimbangi sekolah-sekolah Aliyah.

Untuk merubah keadaan itu guru perlu merangsang kemauan atau minat siswa terhadap pendidikan agama dan upaya guru untuk membantu sangat diperlukan sebagai pembimbing, dan apabila yang dibimbingnya berhasil maka akan tercipta keadaan yang sejalan antara pendidikan Islam dan pendidikan umum. Karena agama itu adalah sumber dari segala ilmu yang termuat dalam kitab al-qur’an apabila kita mampu memahami isi kandungannya.

Dalam pengertian yang lebih luas pendidik dalam prespektif Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani peserta didik agar ia mampu menunaikan tugas – tugas kemanusianya sesuai dengan nilai – nilai ajaran Islam. Oleh karena itu pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas kepada oramg – orang yang bertugas disekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai ia meninggal dunia. [6]

Oleh sebab itu perlulah meningkatkan pendidikan agama Islam. Motivasi memegang peranan penting dalam kegiatan belajar apabila tidak ada motivasi dalam belajar maka tidak ada belajar dalam arti sebenarnya.

“ Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak piskis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,untuk mencapai suatu tujuan.” [7]

“Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. [8]

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi tinggi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya. [9]

Woolflok menegaskan bahwa “motivasi dapat definisikan sebagai keadaan internal yang menaikan, mengarahkan,dan memelihara prilaku.dengan kata lain motivasi merupakan salah satu penyebab yang sangat penting akan munculnya prilaku seseorang”. [10]

Upaya guru dalam meningkatkan kemauan siswanya dalam mempelajari pendidikan agama Islam sangat diperlukan karena guru adalah penggerak sekaligus pemimpin siswanya, Dalam kegiatan social keberadaan pemimpin sangat diharapkan karena pada dasarnya seorang pemimpin adalah seseorang yang dianggap mampu memberi perlindungan,bimbingan dan mengatur anggotanya

Pemimpin adalah seorang pribadi yang kecakapan keahlian sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama malakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut. “ kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang mengajak, menuntun, menggerakan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”. [11]

Konsep kepemimpinan merupakan seperangkat fungsi atau prilaku yang dibawa oleh individu-individu atau pemimpin untuk menjamin bahwa tugas-tugas, iklim kelompok, dan kepuasan individu berhubungan dengan tujuan organisasi. Oleh sebab itu, keefektifan pemimpin berada pada tingkat yang relative daripada pencapaian tujuan. Dalam organisasi sekolah, dapat diukur dari kognitif,afektif, dan psikomotor murid.[12]

“Dalam sebuah kepemimpinan ada beberapa teori yang dikenal sebagai teori kepemimpinan yaitu :

  1. teori berdasarkan ciri-ciri
  2. teori ketergantungan pada keadaan
  3. teori “ jalan-tujuan”
  4. teori keprilakuan
  5. teori situasional
  6. teori “pimpin – partisipasi”
  7. teori penerimaan”. [13]

“Pendidikan dalam konteks Islam yaitu bimbingan terhadap perkembangan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah

mengarahkan,melatih,mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.[14]

Seorang guru adalah pembimbing siswanya dan mengasuh, melatih terhadap perkembangan rohani dan jasmani siswa. Meskipun berada di sekolah umum,sangat baik apabila ditingkatkan pendidikan agama islam bagi siswa, agar siswa bias berbuat dan berfikir secara islami dan mengetahui tentang agama.

Untuk meningkatkan pendidikan agama Islam,guru harus memiliki metode yang tepat dalam mengajarkan hal-hal yang bersifat agama agar siswa tersebut menyenangi mata pelajaran tersebut, seperti menghubungkan hal – hal yang bersifat umum kedalam agama.contoh kecilnya menghubungkan pelajaran Matematika dengan sholat yaitu; Dalam sholat 5 waktu terdapat 17 rakaat, 17 adalah bentuk hitungan angk. Jadi, orang yang melakukan sholat berarti bias menghitung suatu jumlah raka’at dalam sholat hal tersebut adalah unsur dari pelajaran Matematika.

“Mengenai kompetensi guru ada sepuluh profil kemampuan dasar bagi seorang guru”

  1. Menguasai bahan
  2. Mengelola program balajar mengajar
  3. mengelola kelas
  4. menggunakan media
  5. menguasai landasan-landasan kependidikan
  6. mengelola interaksi belajar mengajar
  7. menilai prestasi siswea untuk kepentingan pengajaran
  8. mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyulihan disekolah
  9. mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
  10. memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikanguna keperluan pengajaran”.[15]

Dengan mengajarkan dan menanamkaan pendidikan agama kepada siswa di sekolah umum dimana siswa tersebut adakah siswa pada masa puber sehingga akan bermanfaat setidaknya untuk mengurangi tingkat kenakalan remaja dan tindakan negative serta menyeimbangkan pendidikan akhlak dengan kecerdasan akal.

Berdasarkan paparan diatas studi ini penting dilakukan mengingat pendidikan agama Islam memiliki fungsi dan pengaruh yang baik juga penting dalam membentuk karakteristik pribadi muslim.

Berdasarkan pengamatan awal ( studi pendahuluan ) dalam hal ini penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut :

  1. Siswa kurang berminat untuk mempelajari agama
  2. Waktu yang kurang memadahi menjadi faktor penyebab pendidikan agama Islam kurang diperhatikan.
  3. Sebagian siswa kurang semangat mempelajari pendidikan agama Islam.
  4. Siswa mengikuti pelajaran agama Islam sebagai formalitas saja.
  5. Prestasi belajar siswa dalam bidang agama rendah karena pengetahuan dan pengembangan wawasanya masih kurang.
  6. Upaya guru dalam meningkatkan kemauan siswanya dalam mempelajari pendidikan agama Islam sangat diperlukan karena guru adalah penggerak sekaligus pemimpin siswanya.
  7. Guru harus memiliki metode yang tepat dalam mengajarkan hal-hal yang bersifat agama agar siswa tersebut menyenangi mata pelajarannya.
  8. Guru perlu membimbing siswanya pada pendidikan agama Islam.

Dari gejala-gejala yang dikemukakan diatas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul : “ Upaya Guru Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Selatpanjang”.

B. ALASAN MEMILIH JUDUL

Alasan memilih judul tersebut karena:

  1. Bahwa masalah yang akan dikaji penulis mampu untuk menelitinya.
  2. Lokasi penelitian terjangkau oleh peneliti

C. PENEGASAN ISTILAH

Penelitian ini berkenaan dengan istilah:

1. Pengertian Upaya

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud. Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan. [16]

Upaya adalah usaha; akal; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.

Upaya yang dimaksud oleh peneliti disini adalah bentuk usaha dari guru untuk meningkatkan pendidikan agama Islam.

2. Pengertian Guru

Guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran disekolah. Secar khusus guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaanya masing-masing.[17] Guru adalah komponen manusia yang ikut berperan dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.

3. Pengertian Pendidikan

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan diartikan sebagai sebuah proses,dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemhaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.

Dalam perkembangannya,istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompokorang untuk

mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi. [18]

4. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam yang berarti proses bimbingann pendidikan terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim.

Telah berkembang di beberapa daerah berbagai system yang paling sederhana, menjadi sistem pendidikan Islam yang paling moderen.

Perkembangan pendidikan Islam dalam sejarahnya menunjukan perkembangan dalam subsistem yang bersifat oprasional dan teknis terutama tentang metode-metode alat bentuk perkembangan.

“Pendidikan islam adalah pendidikan manusiawi seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan islam menyiapkan manusia hidup dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya” . [19]

D. PERMASALAHAN

Adapun permasaladalam penelitian ini adalah: Upaya guru dalam mengembangkan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Selatpanjang.

1. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latarbelakang masalah bahwa persoalan pokok dalam kajian ini adalah upaya guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam. Dari persoalan-persoalan pokok tersebut, maka persoalan –persoalan yang mingitari kajian inji dapat di identifikasikan sebagai berikut :

  1. Kemauan siswa dalam mempelajari pendidikan agama mayoritas cenderung rendah.
  2. Pengetahuan siswa tentang pentingnya pendidikan agama islam masih kurang.
  3. Siswa kurang termotivasi dan terdorong untuk mempelajari dan menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan islam.
  4. Upaya dari guru sangat dibutuhkan dalam meningkatkan serta membimbing sekaligus mengarahkan siswanya untuk mempelajari pendidikan agama Islam.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya persoalan dalam kajian ini, untuk itu penulis hanya memfokuskan pada pokok bahasan tentang upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam.

3. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Selatpanjang ?
  2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan guru perlu meningkatkan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Selatpanjang ?

E. TUJUAN DAN KEGUNAAN

1. Tujuan

Tujuan penulisan proposal ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara ilmiyah dan sistematis tentang :

  • Upaya yang dilakuklan oleh guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Selatpanjang.
  • Untuk mengetahui exsitensi guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Selatpanjang.
  • Untuk mengetahui hasil dalam meningkatkan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Selatpanjang.

2. Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

  • Sebagai informasi bagi guru yang mengajar agar dapat meningkatkan pendidikan agama Islam disekolah tersebut.
  • Sebagai pengembangan wawasan keilmuan bagi penulis dalam bidang pendidikan yang berkaitan karya ilmiyah.
  • Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga yang dapat dijadikan sebagai bekal bagi penelit..
  • Sebagai tambahan keilmuan yang mana nantinya dapat di gunakan sebagai pembekalan diri yang mana zaman pasti banyak perubahan – perubahan.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. PENGERTIAN UPAYA GURU / PENDIDIK

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud. Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan. [20]

Upaya adalah usaha; akal; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar.

Guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran disekolah. Secar khusus guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaanya masing-masing. [21] Guru adalah komponen manusia yang ikut berperan dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.

Dalam pengertian yang lebih luas pendidik Dalam prespektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani peserta didik agar ia mampu menunaikan tugas –tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. [22]

Pengertian upaya guru adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.

B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dalam menjalankan tugas sebagai guru atau pendidik, guru memiliki tanggung jawab yang harus di embanya yaitu suatu misi yang mengajak manusia tuduk dan patuh terhadap hukum Allah guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.

Untuk melaksanakan tugasnya sebagai warasah al-anabiya, seorang pendidik hendaknya bertolak pada prinsip amar makruf nahyu wa al- munkar dan menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat kegiatan penyebaran misiiman,islam dan ihsan. Kekuatan yang dikembangkan oleh pendidik adalah kekuatan individualitas,social dan moral ( nilai-niai agama dan moral). [23]

Menurur al- Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan , membersihkan, mensucikan hati manusia untuk bertagarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini, Abd. al- Rahman al- Nahlawi menyebutkan tugas pendidik meliputi: Pertama, tugas mensucikan, yakni berfungsi sebagai pembersih,pemelihara dan pengembang fitrah manusia. Kedua tugas pengajaran yakni mentransformasikan pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama kepada manusia. [24]

Berangkat dari urauan di atas, maka tanggung jawab pendidik sebagaiman disebutkan oleh Abd. Al-Rahman Al-Nahlawi adalah mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syari’at-Nya, mendidik diri supaya beramal saleh dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran kepada Allah serta menegakan kebenaran. [25]

Selain tugas dan tanggung jawab guru juga dituntut memiliki kemampuan atau kopetensi dalam mengajar.

Pengertian dasar kopentensi adalah kemampuan atau kecakapan. “Zakiah Darjad, mengemukakan bahwa kopetensi adalah kemenangan untuk menentukan pendidikan agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu disekolah tempat guru itu mengajar”. [26]

Kopetensi adalah sebuah keharusan yang dimiliki oleh seorang guru agar ia berhasil dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

“Mengenai kompetensi guru ada sepuluh profil kemampuan dasar bagi seorang guru”

  1. Menguasai bahan
  2. Mengelola program balajar mengajar
  3. Mengelola kelas
  4. Menggunakan media
  5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
  6. Mengelola interaksi belajar mengajar
  7. Menilai prestasi siswea untuk kepentingan pengajaran
  8. mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyulihan disekolah
  9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
  10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikanguna keperluan pengajaran”.[27]

Menurut Asnawir, ada tiga kopetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu :

    1. Kopetensi dibidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seorang guru meliputi penguasan materi pelajaran, pengetahuan cara mengajar,pengetahuan belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar murid, dan pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.
    2. Kopetensi bidang sikap, yaitu kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hasil berkenaan dengan tugas dan profesinya yang meliputi: menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadfap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesame teman seprofesinya, memiliki kemauan yang keras untuk mengetahui hasil pekerjaanya.
    3. Kopetensi prilaku, yaitu kemampuan guru dalam berbagai keterampilanmengajar, membimbing,menggunakan alat Bantu/ media pengajaran, bergaul / berkomunikasi dengan teman, menumbuhkan semangat belajar murid, menyusun perencanaan mengajar danketerampilan pelaksannan administrasi kelas. [28]

C. PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan ( hal cara dan sebagainya). Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang bererti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan “education“ yang berarti pengembangan atau bimbingan.dalam bahasa Arab, istilah ini diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.

“Dalam perkembangannya,istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompo korang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi (mental).dengan demikian pendidikan bererti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedeweasaan . dalam konteks ini, orang deweasa yang dimaksud bukan berarti pada kedewasaan pisik belaka, akan tetapi bias pula dipahami pada kedewasaan piskis”. [29]

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan diartikan sebagai sebuah proses,dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemhaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian luas dan representative ( mewakili/mencerminkan segala segi ) , pendidikan ialah the total proceses of developing human abilities and behaviors, drawing on almost all life’s experiences. [30]

Dalam Dictionary of Psychology ( 1972 ) pendidikan diartikan sebagai the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes,etc. Usually the term is applied to formal institution.

Jadi, pendidikan berarti tahapan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dan menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.

Pendidikan dapat berlangsung secara informal disamping secara formal seperti disekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya. Bahkan, menurut definisi diatas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan caramengajar diri sendiri (self –instruction). Selanjutnya menurut poerbawatja dan harahap (1981) pendidikan adalah : usaha sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya, orang dewasa itu adalah orang tua sianak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru disekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan,kepala-kepala asrama dan sebagainya. [31]

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al –tarbiyah, dan al-tadib,dan al-ta’alim.

Dari ketiga istilah term yang popular digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al- tarbiyah.sedangkan term al-tadib,dan al-ta’alim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.

Secara lebih filosofis Muhammad Natsir dalam tulisan” ideology pendidikan Islam” menyatakan ; “Yang dinamakan pendidikan, ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan atau kemanusiaan dengan arti sesungguhnya”. [32]

Pengertian pendidikan secara umum kemudian dihububgkan dengan Islam-sebagai suatu system keagamaan-menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implisit menjelaskan karekteristik-karakteristik yang dimilikinya.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks islam inheren dalam konotasi istilah “tarbiyah”, “ta’alim”, dan “ta’adib” yang harus dipahami bersama-sama. Ketiga istilah itu mengandung makna yang amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam; “informal”, “formal”, dan “non formal”.

Dalam rangka yang lebih terperinci, M Yusuf al-Qardawhi memberikan pengertian, bahwa ; “ Pendidikan islam adalah pendidikan manusiawi seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia hidup dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya”.

Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan “pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat”. [33]

D. TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tujuan pendidikan sebagai pernyataan keinginaan tentang hasil pendidikan adayang mencerminkan lingkup luas ada yang sempit. Tujuan yang mencerminkan lingkup, luas bersifat umum dan tujuan yang mencerminkan lingkup sempit bersifat khusus. Tujuan umum menggambarkan bentuk keperibadian siswa dalam wujud keseluruhan setelah menempuh pendidikan, sedangkan tujuan khusus merupakan jabaran tujuan umum yang menggambarkan cirri-ciri dari wujud pribadikeseluruhan itu. [34]

a. Pengertian Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran islam secara keseluruhannya. Karena itu, “tujuan pendidikan islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusiadalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapi kehidupan yang berbahagia di dunia dan di akhirat”. [35]

Dalam ajaran Islam memang terdapat kekebabasan yang seluas-luasnya bagi manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya baik dalam bidang ekonomi, bidang politik, maupun sosial. Kebebasan yang diberikan oleh Allah SAW kepada umat Islam bukan berarti lepas sama sekali darai norma-norma agama dan norma sosial.

Di dalam agama Islam cara hidup berkelompok (masyarakat) sudah diatur sedemikian rupa. Hidup masyarakat menentukan bahwa setiap individu memikul beban terhadap individu-individu yang lain, setiap individu dalam masyarakat yang satu terhadap yang lain memiliki hubungan fungsional. Dalam kehidupan sehari-hari perlu disadari hubungan-hubungan bahwa fungsi individu di dalam masyarakat sebenarnya sangat luas, dan fungsi-fungsi tersebut dapat dilakukan setiap orang, baik tua maupun muda. [36]

Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu hal-hal yang dapat dilakukan sebagai pemenuhan fungsi manusia terhadap masyarakat. Secara garis besarnya, segala yang menjadi kepentingan masyarakat yang melakukan pelayanan baik yang bersifat kebendaan atau bukan kebendaan dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa termasuk fungsi manusia terhadap masyarakat yang wajib dipenuhi. Hadits nabi mengajarkan : “sebaik-baiknya manusia adalah yang paling baik memberikan manfaat kepada sesama manusia.”

Hadits nabi yang lain: “Orang muslim adalah saudara orang muslim, jangan ia menganiaya saudaranya, maka Allah akan memberi kecukupan kebutuhannya, barangsiapa melapangkan kesempitan orang muslim, Allah akan melapangkan kesempitannya kelak dihari kiamat, barang siapa menjaga kejelekan orang muslim Allah akan menjaga rahasia kejelekannya kelak di hari kiamat.”

Hadits Nabi mengajarkan juga :” Belum beriman salah seorang dari kamu, hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”

Mengenai perintah tolong menolong sesama manusia dinyatakan dengan tegas di dalam Alqur’an surat Alamidah ayat (2) yang terjemahannya sebagai berikut :

Dan tolong menolonglah kamu mengerjakan kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Jadi menurut Hadits Nabi dan ayat Al-qur’an di atas dapat diambil pengertian bahwa mutu iman seorang muslim dapat tercermin dalam pergaulan hidupnya di dalam masyarakat. Maka dari itu pendidikan keimanan bagi anak-anak remaja sebenarnya sangat penting sekali, sebab jika mereka memiliki iman yang kuat dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan berbuat kejahatan yang dapat meresahkan masyarakat.“Salah satu ciri pokok masyarakat Indonesia adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, seluruh rakyat Indonesia pasti beragama..Agama bagi manusia khususnya bangsa Indonesia merupakan unsur pokok yang menjadi kebutuhan spiritual.

Peraturan-peraturan yang terdapat di dalam pada dasarnya merupakan nilai tertinggi bagi manusia, demikian pula bagi anak remaja norma-norma agama tetapi diakui sebagai kaidah-kaidah suci yang bersumber dari Tuhan.

Kaidah-kaidah yang digariskan di dalam agama bersumber dari Tuhan. Kaidah-kaidah yang digariskan di dalam agama selalu baik, sebab kaidah-kaidah tersebut bertujuan untuk membimbing manusia ke arah jalan yang benar. Kaidah-kaidah agama berisi hal-hal yang dilarang dan menunjukkan hal-hal yang diwajibkan serta agama menggariskan perbuatan-perbuatan yang baik dan buruk sehingga jika anak remaja benar-benar mendalami dan memahami isi agama, maka besar kemungkinan mereka akan menjadi anggota masyarakat yang baik dan enggan melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan masyarakat dan mengganggu hak-hak orang lain baik harta maupun nyawa, seperti kejahatan pencurian, kejahatan penganiayaan, pembunuhan, penipuan, penggelapan dan kejahatan-kejahatan lainnya”. [37]

“Dalam semua agama tidak ada perintah untuk saling benci membenci, apalagi mengganggu hak-hak orang lain. Tetapi perintah Tuhan itu adalah untuk kasih–mengasihi, sayang–menyayangi, dan cinta–mencintai antara sesama manusia, karena sesuai dengan kodratnya dalam diri manusia itu ada rasa cinta dan kasih. Dari dalam pergaulan hidup itu harus menunjukkan adanya kemanusiaan yang adil dan beradab bukan kemanusiaan yang penuh kedhaliman/kejahatan dan kebiadapan”. [38] Bagi anak remaja sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama yang dianut. Dalam kenyataan sehari-hari menunjukkan, bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahamai norma-norma agama bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama.

b. Tahapan-Tahapan Tujuan Pendidikan Islam

Abu Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan islam meliputi :

1) Tujuan Tertinggi/Terahir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan komsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil”( manusia paripurna).

Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terahir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk ciptaan allah.

2) Tujuan Umum

Berbeda dengan tujuan tertinggiyang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum lebih bersifat empiric dan realistic. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap , prilaku dan keperibadian peserta didik. [39]

3) Tujuan Khusus

Selain tujuan umum itu, tentu terdapat pula tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang dicapai melalui pendidikan Islam. Tujuan khusus ini lebih praxis sifatnya, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka yang lebih praxis itu dapat dirumuskan harapan-harapan yang ingin didalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai. Tujuan-tujuan khusus itu tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan dalam berbagai aspeknya:pikiran, perasaan, intuisi, keterampilan, atau dengan istilah lain kognitif, afekyif, dan motorik. Dengan tahapan-tahapan inilah kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode, dan sistem evaluasi.[40]

4) Tujuan Sementara

Tujuan sementara pada umumnya merypakan tujuan – tujuan yang dikembangakan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena itu tujuan sementara itu kondisional, tergantung factor dimana peserta didik itu tinggal atau hidup. Dengan berangkat dari pertimbangan kondisi itulah pendidikan islam bias menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamisdalam pendidikandengan lingkungan yang bercorak apa pun, yang membedakan satu wilayah dengan wilayah lain, yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nlai ideal Islam. Menurut Zakiah Drajat, tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. [41]

c. Fungsi Tujuan

Pendidikan adalah usaha yang bertujuan banyak dalam urusan satu garis ( linier). Sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan sementara.

Marimba menyatakan bahwa “fungsi tujuan akhir ialah memelihara arah usaha itu dan mengahirinya setelah tujuan itu tercapai. Sedangkan fungsi tujuan sementara ialah membantu memelihara arah usaha dan menjadi titik berpijak untuk mencapai tujuan-tujuan lebih lanjut dan tujuan akhir”. [42]

E. PRINSIP – PRINSIP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pandangan Islam mengenai alam, jagat, manusia masyarakat pengetahuan dan akhlak , tercermin dalam sebuah prinsip-prinsip pendidikan Islam. Adapun prinsip tersebut antara lain :

a. Prinsip Pendidikan Islam adalah Pendidikan Integral

Pendidikan Islam tidak mengenal antara pemisahan pendidikan sains dengan agama. Dalam doktrin ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Dia pula yang mengelola hukum-hukum untuk mengelola dan kelestariannya.

Implikasinya dalam pendidikan adalah bahwa dalam pendidikan Islam tidak dibenarkan adanya dikotomi pendidikan yaitu antara pendidikan agama dengan pendidikan sains.

b. Prinsip Pendidikan Islam adalah Pendidikan yang Seimbang

Pandangan Islam yang menyeluruh terthadap semua aspek kehidupan mewujudkan adanya keseimbangan. Ada beberapa prinsip keseimbangan yang mendasari pendidikan Islam yaitu :

a) Keseimbangan antara dunia dan ukhrawi

b) Keseimbangan antara jiwa dan roh

c) Keseimbangan antara individu dan masyarakat

c. . Prinsip Pendidikan Islam adalah Pendidikan Universal

Menurut Muhammad Munir Mursy maksud prinsip pendidikan yang universal daloam Islam adalah pendidikan islam hendaklah meliputi seluruh aspek keperibadian manusia dan melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh dari dan aspek jiwa, badan dan akal, sehingga nantinya pendidikan Islam mampu diarahkan pada pendidikan jasmani, pendidikan jiwa dan pendidikan akal.

d. Prinsip Pendidikan Islam adalah Dinamis

Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk selalu memperbaharuhi diri dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan perkembangan dan perubahan social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis. [43]

F. ORIENTASI DAN KARAKTERISTIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pendidikan Islam berorientasi pada dunia dan ukhrawi. Sedangkan pendidikan non Islam, orientasinya duniawi semata. Di dalam Islam, antara dunia dan akhirat merupakan satu kesatuan tujuan. Kehidupan dunia adalah media untuk kehidupan akhirat, sementara akhirat adalah kelanjutan dari kehidupan dunia. Bahkan kualitas kehidupan akhirat merupakan konsekuensiatau kualitas kehidupan dunia. Segala perbuatan muslim dalam bidang apapun memiliki kaitan dengan akhirat.

Islam sebagai agama yang universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan didunia dan akhirat.

Karakteristik pertama pendidikan islam adalah penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan dasar ibadah kepada Allah Swt. Setiap penganut Islam diwajibkan mencari ilmu pengetahuan untuk dipahami secara mendalam yang dalam taraf selanjutnya dikembangkan dalam rangka ibadah guna kemasalahatan umat manusia.

Karakteristik berikutnya adalah pengakuan akan pitensi dan kemamapuan seseorang untuk berkembang dalam suatu keperibadian. Setiap pencari dipandang sebagai makhlik tuhan yang dihormati dan disantuni, agar potensi-potensin yang dimilikinya dapat teraktualisasi dengan sebaik-baiknya. [44]

G. KONSEP OPERASIONAL

Pada penjelasan diatas kajian ini berkenaan dengan upaya guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam. Variable penelitian ini adalah upaya meningkatkan pendidikan agama Islam. Upaya adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan konsep diatas yang dimaksud upaya guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam adalah usaha atau cara yang di lakukan oleh guru dalam mencapai tujuan melalui metode-metode yang telah di rencanakan.

Indikator upaya guru dalam meningkatkan pendidikan agama Islam adalah

    1. Guru bisa membimbing siswa kearah pendidikan agama Islam
    2. Guru memotivasi siswa untuk meningkatkan kemauan belajar terhadap pendidikan agama Islam

    1. Guru memiliki stratregi dan metode untuk meningkatkan pendidikan agama Islam
    2. Hubungan guru dengan siswa merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan pendidikan agama Islam
    3. Siswa memiliki wawasan dalam pendidikan agama Islam
    4. Guru berusaha membentuk akhlak yang baik terhadap siswa
    5. Guru Menjadikan siswa sebagai intelektual muslim
    6. Guru ingin menghidupkan nuansa pendidikan agama Islam ditengah-tengah pendidikan umum

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian observasi.

Oleh karena itu, maka penulis menetapkan SMAN 1 Selatpanjang , sebagai lokasi dalam penelitian ini.

Penelitian yang Berlokasi di SMAN 1 Selatpanjang dan sekolah yang diteliti adalah sekolah umum. Pemilihan lokasi didasari atas alasan bahwa persoalaan– persoalaan akan diteliti dapat ditemukan disekolah tersebut.

B. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah meningkatkan pendidikan agama Islam.

Subjek dari penelitian ini adalah siswa dan guru.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X,XI,XII di SMAN 1 yang beragama Islam yang berjumlah 350 orang

Dan dari jumlah guru yang beragama Islam yang terlibat dalam meningkatkan pendidikan agama Islam berjumlah 4 0rang Mengingat banyaknya jumlah siswa yang ada, peneliti hanya menarik sample sebanyak 78 orang siswa.

Sedangkan penentuan sampel dari jumlah populasi siswa tersebut dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin. [45]

Keterangan :

n

=

N

n

:

Ukuran Sampel

1 + N(e)2

N

:

Ukuran Populasi

e

:

Persen kelonggaran ketelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir.

n

=

350

1 + 350 (10%)2

n

=

350

1 +350 (0,1)2

n

=

350

1 + 350 (0,01)

n

=

350

1 + 3,5

n

=

500

4,5

n

=

77,77

Þ

78 orang

Dari penghitungan jumlah populasi sebesar 350 orang dengan persen kelonggaran 10%, maka dari hasil penghitungan dengan menggunakan rumus Slovin tersebut di dapat sampel sebanyak 77,77 orang yang dibulatkan menjadi 78 orang.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara random (acak).

D. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dilapangan peneliti menggunakan tehnik observasi dan wawancara, dan angket

a) Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.

b) Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan dari informan atau sumber informasi.

c) Angket

Angket atau kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan secara tertulis mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket disebut juga wawancara berstruktur karena semua item-item pertanyaan telah ditentukan oleh peneliti. [46]

E. Analisis Data

Sehubungan dengan rumusan masalah yang dikemukakan maka metode analisis data dan pengolahan data adalah metode deskriftif, yaitu dengan menguraikan dengan keadaan yang sebenarnya kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang mendukung permasalahan tersebut yang diperoleh dari studi perpustakaan, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan sehingga dapat diteliti dengan teori yang ada.

F. Sistematika Penulisan

Bab I pendahuluan yang terdiri dari : latarbelakang masalah, alasan memilih judul, penegasan istilah, permasalahan ( identifikasi, batasan dan rumusan masalah ), tujuan penelitian kegunaan penelitian, konsep operasional.

Bab II tinjauan teori yang memaparkan tantang : pengertian upaya guru / pendidik, pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, prinsip-prinsip pendidikan agama Islam, karakterisrik dan orientasi pendidikan agama Islam.

Bab III metode penelitian yang mencangkup : lokasi penelitian, objek dan subjek penelitian populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data.

Bab IV temuan hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi secara umum SMAN 1 Selatpanjang yang mencangkup tentang : jumlah siswa yang beragama Islam , jumlah guru pendidikan agama Islam, visi dan misi sekolah, keadaan guru dan siswa, serana dan prasarana sekolah, struktur organisasi sekolah, prestasi sekolah,hubungan sekolah dengan masyarakat.

Bab V pembahasan ( pembahasasn mengenai temuan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan analisis pembahasan )

Bab VI kesimpulan dan saran



DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abror Abdu Rahcman,(1993). Piskologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Arifin, (1987). Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Biona Aksara.

Azhari Zakri, (2003). Belajar dan Pembelajaran, Pekanbaru : Yayasan

Obor Desa.

Azyumardi Azra, (2001). Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Kalimah.

Basyir Ahmad Azhar, (1982). Citra Manusia Muslim, Yogyakarta:

Bagian Penerbitan fak, Hukum UII.

Dalyono, (2001). Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rienka Cipta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNRI Pekanbaru, (2004).

Perkembangan Belajar Peserta Didik.

Lukman Hakim, (2004). Perencannan Pembelajaran, Bandung : Wacana Prima.

Mas’ ud Zein, Tohirin, Risnawati,( 2007 ). Modul Diklat ; Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Muhibin Syah, (2003). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ramayulis ,Samsul Nizar, (2009), Filsafat Pendidikan Islam,

Jakarta : Kalam Mulia.

Sardiman. (2004), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Nurhadi Muntholib, (2008). Skripsi Pengaruh Pelayanan Simpan Pinjam Terhadap Partisipasi Anggota pada KUD Sumber Rezeki Desa Buluh Rampai Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu.

Sondang P. Siagian,( 2005). Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta : Bumi Aksara.

Sutaryadi, (1990). Administarsi Pendidikan,Surabaya : Usaha Nasional.

Sudarsono, (1995). Kenakalan Remaja, Jakarta: Rienka Cipta.



[1] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 137

[2] Ibid. ,hlm : 137-138

[3] Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rienka Cipta, 2001. hlm : 6

[4] Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rienka Cipta, 1995. hlm : 128

[5] Ibid. , hlm : 129

[6] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 139

[7] Abror,Abdu, Rahcman, Piskologi Pendidika, Yogyakarta: Tiara Wacana, (1993). hlm : 114

[8] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004. hlm : 75

[9] Azhari Zakri, Belajar dan Pembelajaran, Pekanbaru : Yayasan Obor Desa, 2003. hlm:153

[10] Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNRI Pekanbaru, Perkembangan Belajar Peserta Didik, 2004. hlm : 132

[11] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan Bandung : Alfabeta, 2009. hlm :125

[12] Sutaryadi, Administarsi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1990. hlm : 81

[13] Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta : Bumi Aksara, 2005. hlm : 19

[14] Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Biona Aksara, 1987. hlm : 13 - 14

[15] Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004. hlm : 164

[16] http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/skripsi-upaya-guru-pendidikan-agama_26.html

[17] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 138

[18] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003. hlm :10

[19] Ibid. , hlm : 5

[20] http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/skripsi-upaya-guru-pendidikan-agama_26.html

[21] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 138

[22] Ibid. , hlm : 139

[23] Ibid. , hlm : 157

[24] Ibid. , hlm : 157

[25] Ibid. , hlm :158

[26] Ibid. ,hlm : 152

[27] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004. hlm : 164

[28] Ramayulis, op. cit. , hlm : 152

[29] Ibid. ,hlm : 83

[30] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003. hlm :10

[31] Ibid. , hlm : 11

[32] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Kalimah, 2001. hlm : 4

[33] Ibid. , hlm : 5

[34] Lukman Hakim, Perencannan Pembelajaran, Bandung : Wacana Prima, 2004. hlm 91:

[35] Azyumardi Azra, op. cit. , hlm : 8

[36] Azhar Basyir, Citra Manusia Muslim, Yogyakarta: Bagian Penerbitan fak Hukum UII, 1982. hlm : 12 - 13

[37] Ibid. , hlm : 5

[38] Ibid. , hlm : 73

[39] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 119-122

[40] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Kalimah, 2001. hlm : 8-9

[41] Ramayulis , op. cit. , hlm : 127

[42] Ibid. , hlm : 133-134

[43] Ibid. ,hlm : 100-104

[44] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Kalimah, 2001.hal :10

[45] Nurhadi Muntholib, Pengaruh Pelayanan Simpan Pinjam Terhadap Partisipasi Anggota pada KUD Sumber Rezeki Desa Buluh Rampai Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu, Skripsi, 2008. hlm : 26

[46] Mas’ ud Zein, Tohirin, Risnawati, Modul Diklat ; Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2007. hlm: 22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar